Sebuah Puisi Oleh Lucretius

Saat di muka bumi terhampar tiada daya hidup manusia

Tampak terinjak-injak dan remuk ternista

Di bawah kejamnya Agama, yang kala itu

Dari wilayah langit di atas sana

Menyingkapkan wajahnya, turun ke tengah insan-insan fana

Dengan wujudnya yang mengerikan, adalah orang Yunani yang mula-mula

Berani mengangkat matanya yang fana menatapnya;

Dialah yang pertama tegak dan menantangnya.

Tiada dongeng tentang para dewa, kilat-guntur,

Atau laknat langit penuh ancaman dapat menggentarkan dia,

Bahkan semua itu kian membangkitkan jiwanya

Yang gagah perwira, hingga ingin ia menjadi yang pertama

Mendobrak pintu-pintu Hakikat yang tebal terkancing rapat

Sehingga tenaga batinnya yang menyala-nyala

Pun meraja, dan terus ia maju menempuh, mengarungi jauh

Menembus kobar kubu-kubu dunia

Bertualang ke segenap penjuru batin dan jiwa

Ke sepanjang semesta tiada tara; dan sesudahnya

Sebagai pemenang ia kembali menjumpai kita,

Membawa pengetahuan tentang yang bisa dan tak bisa

Lahir ke dalam ada, mengajar kita dengan eloknya

Asas tentang bagaimana setiap hal mendapatkan dayanya

Yang terbatas, serta pagar pembatasnya yang kuat tertancap.

Maka Agama pun kini dinistakan

Di bawah kaki manusia, dan ganti diinjak-injaklah dia:

Setinggi langit kemenangannya memuliakan kita

(Lucretius dalam Russell, 2003: 339-340).

Komentar

Postingan Populer